RSS

Perbedaan system pendidikan

Selalu ada cerita berbeda dari waktu yang berbeda dan dari tempat yang berbeda pula. Hal serupa yang pasti dirasakan setiap orang. Tak terkecuali denga system perkuliahan saya selama melalui masa exchange di Myongji College.
Saya yang menjalani disiplin ilmu yang berbeda sebelumnya di Unissula, merasa sedikit kesulitan  ketika harus menjalani perkuliahan di Myongji College. Terlebih sekitar 5 kelas pada semester pertama dalam perkuliahan yang menggunakan bahasa Korea dalam proses belajar mengajarnya.

Diskusi saat kuliah Pilot Project

Selain itu juga ada beberapa hal yang bisa saya jadikan pelajaran selama menempuh pendidikan di Myongji College. Hal-hal yang menyangkut kebiasaan berbeda, yang saya rasakan unik dan sangat baik, diantaranya yaitu :
1.   Waktu kuliah, seperti pada umumnya mata kuliah yang kami dapatkan selama belajar yaitu terdiri dari 3 SKS dan 2 SKS. Yang mana setiap SKSnya terdiri dari 50menit , jadi rata-rata waktu kuliah kami mencapai 2-3jam setiap mata kuliah. Sementara aktivitas perkuliahan kami biasanya di mulai sejak pukul 09.00am-06.00pm.
2.   Sudah menjadi hal yang lazim bagi mahasiswa lokal, untuk berada dikelas sekitar 10 menit sebelum dosen masuk ke dalam kelas dan memulai proses perkuliahan. Menurut saya itu sangat berdampak positif untuk saya sendiri, setelah sekilas melihat kebiasaan burukku selama perkuliahan sebelumnya, yang biasanya sangat tidak betah didalam kelas, dan hanya masuk kelas ketika melihat dosen menuju kelas (hihihi ^_^).  Kalaupun terlambat pasti akan membuat kita merasa malu. Hal ini juga sangat melatih kedisiplinan.
3.   Selain tepat waktu memulai pelajaran didalam kelas, pasti kelas juga akan berakhir sesuai jadwalnya. Jika 3jam perkuliahan, maka akan benar-benar berlangsung selama tiga jam. Kalau kebiasaan sebelumnya sih, paling kalau 3 SKS juga Dosen hanya akan mengajar paling lama sekitar 2 jam, setelah itu kelas usai.
4.   Pada saat proses belajar dimulai hingga berakhir, kita tidak akan melihat mahasiswa yang keluar masuk kelas selama Dosen mengajar. Entah itu cuma sebatas ke toilet atau keluar kelas dengan keperluan apapun ( karena mungkin dianggap akan mengganggu kosentrasi saat kuliah, atau mungkin dinilai tidak sopan). Sehingga setiap perkuliahan setelah berlangsung selama 1jam akan diberi 10menit break time setelah itu baru melanjutkan kuliah lagi.
5. Ada kebijakan  yang menurut saya sedikit saya sayangkan dari system pendidikan dinegara mereka yang mana untuk proses pemberian nilai tertinggi, yang mana tidak boleh diberikan kepada seluruh mahasiswa yang berhak untuk mahasiswa asing dalam suatu kelas, melainkan nilai tertinggi hanya diberikan kepada dua orang. kebijakan tersebut berlaku untuk seluruh mata kuliah kami.
6. Dan kebiasaan unik yang paling saya rasa berbeda adalah strategi Dosen saat menarik perhatian mahasiswanya ketika mulai merasa kesulitan dengan materi perkuliahan, ataupun ketika dosen merasa mulai berkurang minat mahasiswa mengikuti perkuliahaan yang ia berikan, yaitu Dosen akan mengajak mahasiswanya makan bersama, atau sekedar mentraktir minum coklat panas, lalu mengajak berdialog, tentang materi dan perasaan mahasiswa saat perkuliahan. Biasanya saat seperti itu mahasiswa lebih terbuka dibandingkan saat keadaan formal didalam kelas. Sehingga Dosen yang bersangkutan dapat mengevaluasi proses mengajarnya. Begitu juga dengan mahasiswa, setidaknya juga akan mencoba berusaha maksimal mengikuti proses perkuliahan dalam kelas. Selain cara itu, saat proses belajar mungkin Dosen melihat kami mulai lelah berpikir, Beliau langsung memberi arahan kepada asistennya untuk membeli sejumlah es krim dikantin kampus, dan kami memakannya bersama didalam kelas, setelah itu baru pelajaran dilanjutkan lagi. Dan cara yang lain lagi yaitu, biasanya kelas akan sangat ramai dan mahasiswa sangat bersemangat ketika dosen yang mengajar mengadakan kuis, sekaligus memberikan hadiah kepada mahasiswanya, seperti coklat ataupun permen. Terlihat sangat sederhana namun meurut saya cukup bagus karena mahasiswa juga sangat interaktif saat itu. Setidaknya pengalaman itu benar-benar saya alami. Dan kesimpulan saya dari poin terakhir ini adalah Dosen yang mengajar tidak semata-mata hanya menyampaikan apa yang seharusnya ia sampaikan, melainkan juga ia berusaha memahami mahasiswa, agar apa yang ia sampaikan dapat benar-benar diserap oleh mahasiswa.

Saat makan siang bersama Prof. Jin


Itulah beberapa point system perkuliahan yang sangat saya rasakan berbeda dengan sebelumnya. Harapan saya setelah nanti kembali melanjutkan pendidikan di tanah air, saya dapat mengaplikasikan segala bentuk positif yang sedikit demi sedikit telah saya budayakan selama belajar disini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Merangkai Mimpi dan Mewujudkannya

Setiap orang punya mimpi…
Setiap orang punya cita-cita…
Setiap orang punya rencana, keinginan juga harapan…
Dan yang pasti setiap orang memiliki kisah dan takdirnya masing-masing…

Rabu lalu, tepatnya  21  Agustus 2013 sesuai kesepakatan anak KTTI (Kelompok Tari Tradisional Indoesia – Seoul ) yang memiliki waktu luang akan menghadiri acara wisuda kak Florian. Kebetulan pagi itu tak banyak dari kami yang dapat menyempatkan diri untuk menghadiri acara tersebut. Adapun yang  bersedia hadir saat itu antara lain, yaitu Aidyta, Kak Emma, kak Amel,  Kak Qonita, dan Kak Melani, serta saya sendiri. Kami semua berkumpul di stasiun Hoegi dan menyempatkan membeli bunga sebagai ucapan selamat sebelum akhirnya capcus ke tempet tujuan..

Kak Florian Hutagalung

Florian Hutagalung….
Akan saya gambarkan seperti apa yahh ?? *( wkwkwk…mendadak bingung :/ ). Yang pasti beliau bukan hanya sebatas orang berjasa yang sudah memperkenalkan dan tak bosan mengajari saya berbagai jenis tari tradisional Indonesia di KTTI, melainkan juga menjadi guru yang selalu menjelaskan ini itu, berbagai hal yang tidak saya mengerti entah itu mengenai kebudayaan Korea, dll. Tak jarang juga kak Flo menjadi tour guide ketika jalan-jalan bersama *(hehehe… maaf kk Flo ^_^ ).

Lanjuuuuut….
Setelah dari stasiun Hoegi, kami lanjut ke “Kyung Hee University” (kampus kak Flo kuliah :D ) dengan menumpangi bus. Begitu tiba ditempat tujuan, kami sedikit kebingungan mencari gedung tempat acara berlangsung. Kalo gak salah waktu itu kak Emma sempat nanyain kesalah seorang yang berlalu lalang dihadapan kami, dan orang tersebut menunjukkan arah gedung yang jalanannya sedikit menanjak. Meski sedikit mengeluh dengan medan yang kami lewati, tapi tentu saja kaki kami tak berhenti melangkah hingga akhirnya sampai ketempat tujuan.

Diam sejenak menatap bangunan yang berdiri tegak dan menjulang tinggi  tepat dihadapanku. Sambil berdecak kagum memuji arsitektur bangunan tersebut, dan tak mau kehilangan moment, Aidyta mengajakku foto didepan gedung tersebut (maklum saya numpang eksis, hahaha ).

Depan Gedung Wisuda

Dan akhirnya kami masuk kedalam ruang wisuda, inilah pengalaman pertama yang sangat berharga, menghadiri acara wisuda seorang mahasiswa Strata 3 dan mendapat predikat sebagai mahasiswa dengan disertasi terbaik dibidang humaniora, selain itu juga mahasiswa yang resmi mendapat gelar Doctor Philosophy in Korean Languange and Literatur ini juga diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato diatas mimbar, dihadapan ratusan pasang mata yang berada dalam ruangan wisuda dan dihadiri oleh para Wakil Rector, Dekan, Dosen dan Wisudawan S3 dan S2 serta para tamu undangan, sebagai perwakilan mahasiswa asing.

Kak Flo waktu pidato

Mendapat predikat terbaik, dinegara asing, dengan menggunakan bahasa asing, juga mengalahkan mahasiswa lokal merupakan sebuah kebanggaan luar biasa, menjadi nikmat Sang pencipta yang patut disyukuri.

Setelah serangkaian acara wisuda usai, kami langsung kearah kak Flo dan memberi ucapan selamat, dan pastinya mengabadikan moment :D , tak lama setelah itu keluarga kak Flo juga menyusul untuk memberi ucapan selamat. Kagum, bahagia bercampur haru melihat pemandangan tersebut, bagaimana tidak, keluarga beliau yang jauh-jauh dari Indonesia, beramai-ramai datang ke Korea untuk menghadiri acara tersebut, begitu juga dengan keluarga beliau yang dari Jepang  (Orang tua angkat Beliau, saat menuntut ilmu disana).

Kak Flo bersama keluarga Indonesia

Kak Flo bersama keluarga Jepang

Bersama KTTI

     Tak berhenti disitu saja kekaguman saya hari itu. Diwaktu yang sama, saat kami mengantri untuk foto, saya melihat sepasang suami istri yang juga masih lengkap dengan toga berfoto didepan kami. Sepasang suami istri yang masih relative mudah ini juga baru saja usai menghadiri ceremony wisuda dengan gelar Doktornya di Universitas yang sama, dengan menggandeng dua putri mereka yang masih kecil smbil berlalu dihadapan saya, membuat saya sangat terkesimah. *(berharap bisa seperti mereka juga nantinya ) ^_^

Foto bersama

Narsis sebelum pulang ^_^

Terakhir kami berfoto bersama, lalu pulang ke hunian masing-masing. Sayonara \(^_^)/

Dengan rentetan pengalaman diatas, semoga selalu tertanam dibenak saya, menjadi motivasi dalam menyelesaikan pendidikan saya. Entah nanti bagaimana akhirnya, tapi saya selalu berharap yang terbaik, berusaha sekuat tenaga dan diiringi doa. Setiap insan punya kisahnya masing-masing, dan kisah itu kita sendiri yang menentukan dan melakoninya. Bermimpi itu tidak salah, tapi kadang harus. Karena dibalik mimpi selalu ada keajaiban yang menjadi kekuatan kita untuk mewujudkannya. Cukup percaya jika semua akan indah pada waktunya. Terimakasih ^_^



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hari Spesial

Assalamualaikum Wr. Wb.

Seperti layaknya seluruh umat Islam dibelahan bumi manapun, ada moment special yang selalu dinanti setiap tahunnya, yaitu bulan suci Ramadhan. Yah, bulan kesembilan yang meurut kalender Islam ini selalu tampak memperlihatkan suasana dan tradisi berbeda bagi umat Islam, karena pada saat itu rata-rata umat muslim akan melakukan ibadah puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, lalu setiap malamnya, masjid-masjid akan dipenuhi oleh anak-anak dan orang dewasa yang datang untuk melakukan shalat isya, tarwih dan witir.  Sehingga pada siang hari jarang kita melihat kedai-kedai makanan yang terbuka begitu saja, biasanya digunakan tirai penutup ( khususnya bagi negara yang penduduknya mayoritas muslim, contohnya Indonesia ), apalagi orang yang berlalu lalang makan dijalan, kalaupun toh dia seorang nonmuslim, pasti mereka akan tenggang rasa terhadap muslim yang sedang berpuasa.
Namun kali ini berbeda untukku, dan mungkin juga untuk kesepuluh saudaraku yang sama-sama merantau jauh dari kampung halaman untuk menuntut ilmu kenegeri lain. Untuk pertama kalinya, berdiri tegak menjalani hariku hingga separuh tahun berlalu, dibelahan bumi yang lain, dikolong langit yang berbeda, hembusan anginnya tak sama, bahkan harus empat kali beradaptasi dengan empat musim yang berbeda pula nantinya.
Meski keberadaan kami dinegeri gingseng ini baru dibilang seumur jagung, tapi setidaknya sedikit demi sedikit kami sudah mulai menyesuaikan diri dengan baik. Begitupun saat menjelang Ramadhan, tak ubahnya saat sedang berada ditanah air, kami juga tetap menanti riang moment-moment bulan suci ini. Awalnya kami sedikit kebingungan, mengingat aturan asrama yang menjadi hunian kami, yang mana asrama dengan empat lantai dan memiliki dua dapur umum ini, hanya memperkenankan penggunaan dapur mulai jam 6 pagi hingga jam 11 malam. Dan yang menjadi tanda tanya kami adalah bagaimana kami harus masak untuk persiapan makan sahur nantinya. Sempat kami sedikit tawar menawar dengan pegurus asrama, namun tak mendapat izin. Hingga akhirnya kami menemukan cara yang lain. Jadi untuk menyiapkan makan sahur kami telah memasaknya setelah makan malam. Mengingat waktu sahur juga tak begitu berjarak, karena pada pukul 2 dini hari kami sudah harus bangun untuk mulai makan sahur.
Banyak keadaan berbeda yang terjadi selama ramadhan di kota Seoul dibanding dengan saat berada ditanah air. Dimulai dari lingkungan sosial, negara yang sangat terkenal dengan artis k-pop ini penduduknya mayoritas non muslim, jadi hampir disetiap sudut kota kita bisa menemukan kedai makanan yang terpampang begitu saja, bahkan orang makan dan minum juga dengan leluasa. Selain itu Ramadhan tahun ini dikota Seoul bertepatan dengan musim panas. Mungkin teman-teman yang membaca postingan ini, akan beranggapan apa bedanya musim panas di Indonesia dengan Seoul, toh bakal sama saja, karena Indonesia yang merupakan negara tropis juga beriklim panas ( seperti isi pikiran saya saat pertama kali menginjakan kaki di negeri gingseng ini ), namun setelah saya merasakan musim panas sesungguhnya dinegara ini jauh berbeda dengan Indonesia, saya merasa beruntung lahir  dan besar di Indonesia, karena musim panas disini, selain suhunya juga sangat tinggi, ketika musim panas badan akan lebih mudah memproduksi keringat, dan keringat tersebut akan terasa lengket, bahkan tak jarang menjadi bintik-bintik merah ditubuh yang sangat mengganggu penampilan dan membuat badan terasa tak nyaman. Selain itu juga selama musim panas waktu terjadinya siang jauh lebih lama dari yang kami rasakan di Indonesia. Saat pertama menjalani puasa kami harus mulai sahur jam 2 malam, karena waktu imsak hampir setengah tiga pagi, lalu kemudian kami berbuka puasa pukul 07.58pm. Namun kuasa Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, selama bulan ramadhan Allah SWT begitu sering mengirimkan rahmat-Nya (hujan) sepanjang hari, hingga mentari kadang tak sempat diberi ruang untuk memberikan tambahan cobaan saat menahan dahaga.
Tak sampai disitu saja kesulitan kami, inilah salah satu hal yang sangat membuat kami merasa kehilangan, yaitu masjid. Jauhnya jarak masjid dari asrama hunian kami harus ditempuh dengan cara menumpangi bis hingga kestasiun subway dan dilanjutkan dengan subway, dan terakhir jalan kaki beberapa ratus meter hingga akhirnya mecapai masjid yang terletak di daerah Ittaewon tersebut. Setidaknya meghabiskan setengah jam lebih untuk menempuh perjalanan. Maka dari itu saya lebih sering shalat isya dan tarwih sendirian diasrama. Bahkan untuk pengingat waktu shalat dan berbukapun kami menggunakan jasa aplikasi Islamic finder. Tak jarang saat sahur dan berbukapun untuk menghidupkan nuansa ramadhan kami selalu mendengarkan lagu-lagu religi Indonesia yang kami download di youtube.


Ramadhan yang bertepatan dengan liburan akhir semester musim panas ini, kami isi dengan kegiatan yang beragam, dimulai dari ketempat wisata bersama, seperti ke Namsan tower, museum Tedy bear, Namsan hanok village, dll. Selain itu juga untuk 5 saudara kami lainnya, mereka sibuk dengan kegiatan kerja paruh waktunya. Tak jarang kami juga selalu mengikuti kegiatan buka bersama yang diselenggarakan oleh Kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul setiap hari sabtu. Disana kami dapat bertemu dengan seluruh saudara setanah air yang tinggal di Korea, mulai dari yang berprofesi pelajar hingga pekerjapun terkumpul, dan menyatu disana. Sungguh sesaat momentnya berasa seperti sedang di Indonesia.



Nah ini dia moment puncak dari Ramadhan, yaitu ketika menjelang hari raya Idul fitri. Terasa kerinduan kami terhadap sanak saudara di kampung halaman semakin mengental. Dimana yang biasanya saat moment-moment ini kita sudah mulai disibukkan dengan berbagai aktifitas, mulai dari membenah rumah, membuat kue-kue special lebaran, atau memasak opor ayam, ketupat, dan lain-lain. Untuk sekedar megobati rasa rindu tersebut kami juga membuat acara kumpul kecil-kecilan bersama. Mulai dari belanja keperluan masak untuk makan malam secara bersama-sama, lalu masak bersama, dan saat malam Idul fitri itupun kami makan malam bersama, meskipun sdikit sedih karena salah satu saudara kami tidak dapat ikut makan bersama dengan kami ( karena dia tidak mendapat izin kerja TT_TT ). Malam itu kami sebisa mungkin  menciptakan suasana lebaran lebih hidup, makan malam bersama sembari mendengarkan alunan takbir lewat ponsel.
Sungguh sangat menyenangkan, saat mentari dengan wajahnya yang masih tampak malu-malu mulai terbit dari ufuk timur, kami semua bergegas, untuk bersiap-siap ke masjid untuk melaksanakan shalat Id. Pagi itu sesuai kesepakatan kami berangkat pukul 6 pagi, hingga pukul 7 kami sudah berada dimasjid. Namun saat tiba di masjid ternyata kami harus menunggu hingga jam 10 tepat untuk pelaksanaan shalat Id. Megingat warga muslim tersebar diberbagai pelosok kota Seoul, maka akan memakan waktu lama untuk perjalanan mereka sampai ke masjid itu, hingga shalat Id pun ditangguhkan untuk menunggu mereka. Setelah shalat Id usai, kami beramai-ramai keluar sekedar bersilaturahmi, mencari-cari beberapa orang yang kami kenal lalu berjabat tangan, dan terakhir di tutup dengan foto bersama. Setelah itu kami kembali keasrama.



Demikianlah sepenggal kisah yang tercipta dari serentetan kegiatan kami selama bulan Ramadhan dan hari raya Idul fitri berlangsug. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan dihati dan terdapat kesalahan dalam pengetikan selama saya memposting silahkan berikan kritik dan saran yang membangun pada post komentar , mohon maaf lahir batin dan selamat lebaran ^_^



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS